Psikolog dan Psikiater, Serupa tapi Tak Sama
Di era pandemi, kepedulian terhadap masalah kesehatan mental semakin digaungkan di masyarakat. Banyak dari influencer, tokoh masyarakat tertentu, bahkan komunitas anak muda yang mulai memberanikan diri untuk bicara soal kesehatan mental.
Hanya saja, masih terdapat stigma negatif di masyarakat terhadap orang dengan masalah kesehatan mental. Akibatnya, masih terdapat di masyarakat kita, individu yang abai dan tidak mencari tahu ke mana mereka harus mendapatkan pertolongan jika mengalami masalah gangguan kesehatan mental.
Masih banyak dari masyarakat Indonesia yang tidak mengetahui perbedaan tenaga profesional yang menangani masalah kejiwaan. Meski memiliki nama profesi yang mirip, psikolog dan psikiater adalah dua profesi yang berbeda.
Berikut ini antara lain perbedaan antara psikolog dan psikiater:
Perbedaan latar belakang pendidikan
Perbedaan pertama dan paling mendasar dari psikolog dan psikiater adalah latar pendidikan yang dimiliki oleh kedua profesi ini. Psikolog adalah seseorang yang telah menempuh pendidikan sarjana psikologi (S.Psi), yang kemudian melanjutkan pendidikan profesi psikologi selama kurang lebih 2,5 tahun.
Adapun psikiater adalah tenaga profesional yang menempuh pendidikan dokter hingga lulus pendidikan profesi dokter, yang kemudian melanjutkan pendidikan dokter spesialis ilmu kejiwaan selama kurang lebih 8 semester atau 4 tahun.
Wewenang memberikan obat
Perbedaan background pendidikan yang ditempuh psikiater dan psikolog menjadikan mereka memiliki izin praktik yang berbeda. Psikiater memiliki latar belakang pendidikan medis, sehingga mereka memiliki izin untuk memberikan resep obat psikiatrik yang diperlukan oleh pasien.
Tidak demikian untuk psikolog, yang tidak bisa memberikan resep obat kepada pasien atau klien. Psikolog akan lebih fokus dalam pemberian psikoterapi tanpa menggunakan obat.
Pendekatan yang dilakukan
Baik psikolog maupun psikiater keduanya dilatih untuk melakukan psikoterapi atau berbicara dengan klien atau pasien tentang beragam permasalahan yang mereka hadapi. Akan tetapi, dalam melakukan terapi, psikolog dan psikiater memiliki jenis pendekatan yang berbeda. Psikolog melihat permasalahan dengan pendekatan melalui perilaku-perilaku klien. Psikolog akan melihat lebih jauh dan dalam mengenai perilaku-perilaku tertentu, atau kondisi nonmedis tertentu, yang mungkin memiliki kontribusi terhadap permasalahan yang dihadapi klien mereka.
Sebagai contoh, ketika mendapatkan klien yang menunjukkan gejala depresi, psikolog akan melihat lebih lanjut aktivitas apa yang dilakukan oleh klien, kejadian traumatik apa yang pernah dialami, dan perilaku-perilaku lain yang mungkin menjadi penyebab dari munculnya gejala depresi tersebut. Secara umum, pendekatan yang dilakukan oleh psikolog menitikberatkan pada kegiatan konseling, upaya perubahan perilaku dan psikoterapi.
Adapun pendekatan yang dilakukan oleh psikiater lebih kepada diagnosis medis. Menurut Ranna Parekh, MD., direktur American Psychiatric Association, psikiater umumnya memiliki insting neurokimia dan biologi yang kuat. Ketika melakukan pemeriksaan pasien, psikiater umumnya akan memeriksa atau memastikan terlebih dahulu kondisi kesehatan fisik si pasien, untuk memastikan bahwa masalah kejiwaan yang dialami oleh pasien tidak disebabkan masalah gangguan kesehatan fisik tertentu. Setelah menegakkan diagnosis permasalahan kesehatan mental, psikiater dapat meresepkan obat-obatan psikiatrik yang kiranya diperlukan oleh pasien mereka.
***
(Ilustrasi: Vecteezy)
Trackbacks & Pingbacks
[…] (Artikel lain: Psikolog dan Psikiater, Serupa tapi Tak Sama ) […]
Comments are closed.