Mari Merawat Kesehatan Mental, Jangan Ragu Konsultasi ke Ahli

Saat artikel ini diturunkan, Indonesia sedang dihebohkan dengan kasus pembunuhan empat anak yang masih kecil-kecil oleh ayah kandungnya sendiri, yang sebelumnya juga melakukan KDRT terhadap sang istri, yang terjadi di wilayah Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Pembunuhan keji (maupun bunuh diri) merupakan contoh perilaku yang menandakan adanya gangguan mental atau kejiwaan seseorang. Rasa cemas yang berlebihan, stres dan depresi, entah karena faktor himpitan ekonomi, kegagalan menjalin hubungan atau mencapai sesuatu, dan lain-lain, jika dibiarkan dapat membahayakan diri sendiri bahkan orang lain.

Berkonsultasi dengan tenaga yang ahli atau profesional, seperti psikolog ataupun psikiater, sesungguhnya merupakan sebuah upaya untuk merawat kesehatan mental. Hanya saja, bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, menjalani terapi psikologi dengan ahli yang profesional, sepertinya belum menjadi pilihan yang umum.

Ada sejumlah alasan kenapa sebagian masyarakat masih enggan atau ragu-ragu, bahkan menolak mengunjungi psikolog untuk merawat kesehatan mentalnya.

– Takut dianggap “gila”. Ketika seseorang mengatakan dirinya akan mengunjungi psikolog atau psikiater, mungkin mereka akan takut dicap “gila” atau “tidak waras”, baik oleh orang lain mapun oleh dirinya sendiri. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa orang yang terganggu mentalnya otomatis sama dengan “gila”. Padahal anggapan tersebut jelas-jelas keliru.

– Kurangnya pemahaman mengenai kesehatan mental. Sama seperti sakit fisik, seseorang yang kondisi psikologis atau mentalnya “sedang tidak baik-baik saja”, memerlukan penanganan sampai pengobatan tertentu. Sebab, gangguan mental bisa berdampak pada suasana hati, pola pikir, serta tingkah laku yang dapat menganggu aktivitas sehari-hari. Kebanyakan orang lebih mudah mengabaikan gangguan mental ketimbang gangguan fisik, meskipun dampaknya boleh jadi lebih berbahaya dan mengancam nyawa seseorang, apabila terlalu lama dibiarkan dan tidak lekas ditangani.

(Artikel lain: Psikolog dan Psikiater, Serupa tapi Tak Sama )

– Merasa malu apabila masalah atau rahasianya diketahui orang lain. Setiap manusia ditakdirkan memiliki masalah, dan yakinlah bahwa tidak ada masalah yang tidak ada solusinya. Untuk mengatasi perasaan malu tersebut, mungkin bisa digunakan analogi terbalik: daripada rahasia kita diketahui orang yang dikenal, lebih baik oleh orang yang tidak dikenal. Sama seperti dokter dan beberapa profesi yang lain, seorang psikolog/psikiater/terapis psikologi telah disumpah untuk menjaga kerahasiaan klien atau pasiennya.

– Mencari ke mana dan siapa? Klinik konsultasi psikologi memang tidak “bertebaran” di mana-mana seperti klinik pengobatan medis. Ini yang mungkin mengakibatkan banyak orang tidak tahu ke mana mereka mencari dan mendapatkan seorang terapis. Namun, dengan bantuan teknologi, kini seseorang dapat memanfaatkan perangkat digital untuk memperoleh akses informasi ke tempat-tempat layanan kesehatan jiwa/mental. Pemerintah juga telah menyediakan Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567.

– “Saya bisa mengatasinya sendiri. Saya bisa curhat ke orang lain, atau minta nasihat ustad”. Bahkan jika Anda berkonsultasi atau melakukan terapi dengan ahli profesional, tetap dibutuhkan kemauan dari dalam diri sendiri dalam proses penyembuhannya. Namun yang penting untuk diketahui adalah, terapis yang terampil dengan pendekatan keilmuannya dapat membantu seseorang dalam memproses masa lalu dan masa kini, serta membantu merencanakan masa depan. Terapis tidak memiliki beban dan merupakan telinga yang tidak memihak untuk diajak bicara.

(Baca juga: Konsultasi dengan Psikolog Lebih dari Sekadar Curhat)

– Merasa tak punya waktu. Ini seperti alasan kebanyakan orang tidak berolahraga. Terapi psikologi sebenarnya tidak terlalu memakan waktu. Jika seorang pasien menghadiri sesi terapi selama 60 menit sekali seminggu, itu berarti kurang dari 1% dari rata-rata waktu “terjaga” seseorang selama seminggu.

– ”Saya pernah konsultasi, tapi kok cuma begitu ya”? Berarti Anda belum menemukan terapis yang cocok. Anda bisa mencari referensi lebih banyak untuk menemukan terapis yang Anda anggap cocok dan membuat nyaman. Umumnya, terapi psikologi memang tidak cukup berlangsung satu kali, karena memerlukan tahapan-tahapan tertentu.

(Baca Juga: Agar Tak Salah Memilih Psikolog)

– Berapa biayanya? Buat kalangan masyarakat tertentu, biaya konsultasi ke psikolog/psikiater bisa dianggap lebih mahal daripada berobat ke dokter (medis). Namun, bagi yang memiliki asuransi atau BPJS Kesehatan, sebaiknya tidak menunda untuk mengunjungi psikolog jika merasakan gejala atau gangguan jiwa/mental. Sebab, bagaimanapun, kesehatan adalah yang paling utama.

===

 

 

Baca juga:

Gangguan Kecemasan yang Berlebihan

Remaja Putri Rentan Bunuh diri, Lakukan Upaa Pencegahan

Agar Tak Salah Memilih Psikolog

 

 

0 replies
  1. tlover tonet
    tlover tonet says:

    Very good written story. It will be helpful to everyone who usess it, as well as me. Keep doing what you are doing – can’r wait to read more posts.

    Your comment is awaiting moderation. Balas

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *