Panic Attack yang Mungkin Pernah Anda Alami
Mungkin Anda sering mendengar istilah panic attack atau serangan panik. Apa sebenarnya serangan panik itu dan apa yang membedakannya dengan panik biasa?
Panic Attack adalah gelombang ketakutan luar biasa yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa peringatan, berulang, dan seringkali tanpa alasan yang jelas. Boleh dikatakan bahwa kondisi ini jauh lebih intens daripada perasaan “stres” yang dialami kebanyakan orang.
Serangan panik meliputi perasaan cemas yang kuat dan terus-menerus, disertai gejala fisik seperti pusing, mual, gemetar, pingsan di tempat umum, hilangnya kontrol tubuh (lemas), merasa bingung, jantung berdebar-debar, sesak napas, perasaan ingin mati atau menjadi gila, atau juga merasa terjebak namun tidak bisa pulang ke rumahnya.
Adalah hal yang lumrah ketika seseorang yang mengalami stres, atau yang sedang menghadapi suatu tekanan, mengalami perasaan cemas dan panik. Misal, orang yang tidak terbiasa berbicara di depan khalayak, diminta berpidato oleh atasannya di depan orang banyak. Atau, seorang pengendara sepeda motor bisa langsung “kalang kabut” begitu dari kejauhan melihat ada razia oleh polisi, sedangkan dia tidak memakai helm.
Kepanikan seperti demikian seringkali menimbulkan gejala fisik seperti jantung berdebar kencang atau sakit perut. Namun, gejala-gejala ini umumnya kurang intens dan berlangsung lebih lama dibandingkan dengan serangan panik (panic attack), yang gejalanya sangat intens, namun singkat.
Serangan panik terjadi secara tiba-tiba. Gejala biasanya memuncak dalam waktu 10 menit setelah dimulai dan kemudian hilang segera setelahnya. Gejala fisik serangan panik meliputi:
- Nyeri dada.
- Jantung berdebar kencang.
- Kesulitan bernapas, seperti hiperventilasi.
- Gemetar .
- Panas dingin.
- Mual.
- Berkeringat.
- Kesemutan atau mati rasa di jari tangan atau kaki Anda.
Pada kasus lain, seseorang yang mengalami panic attack mungkin merasakan:
- Teror yang intens.
- Sensasi tercekik atau tercekik.
- Takut kehilangan kendali.
- Perasaan seperti akan mati.
- Derealisasi (perasaan tidak nyata) atau depersonalisasi (merasa terlepas dari diri sendiri).
Meskipun tidak berbahaya secara fisik, namun serangan panik bisa sangat tidak nyaman dan dapat mengganggu aktivitas seseorang, apabila jika sering mengalaminya.
(Kenali apakah Anda mengalami gejala panic attack dengan tes psikologis mandiri DI SINI)
Apa Saja Penyebabnya?
Walaupun seringkali tidak ada pemicu spesifik untuk serangan panik, namun ada beberapa kondisi yang diyakini menjadi penyebabnya. Pertama, penyebab secara biologis. Gangguan panik bersifat genetik (menurun). Artinya, jika orang tua mempunyai gangguan panik, maka ada kemungkinan anak-anaknya memiliki risiko gangguan panik pula.
Selain itu, gangguan panik terjadi karena kerentanan tubuh terhadap stres, sehingga mempengaruhi terhadap kerja sistem saraf.
Penyebab lain adalah terkait kondisi psikologis seseorang. Pengalaman kecemasan yang berlebih dan berulang, hubungan sosial dengan orang sekitar yang kurang baik, dan pengelolaan stres yang kurang tepat, bisa memicu gangguan panik.
Yang penting untuk diketahui adalah, walaupun seseorang mungkin bisa merasakan gejala serangan panik, namun yang bisa memastikan apakah itu panic attack atau bukan adalah penyedia layanan kesehatan. Seorang psikolog profesional memiliki kapasitas dan alat ukur yang ilmiah untuk memberi diagnosis apakah seseorang mengalami serangan panik, serta rekomendasi untuk mengatasinya.
==
(Ilustrasi: Freepik)
Baca juga:
Burnout dalam Dunia Kerja: Apa dan Bagaimana Menyiasatinya?